Musim hujan ☔ memang baru
datang, dedaunan yang kering tampak menutupi bagian-bagian tanah yang basah,
rumput-rumput liar mulai tumbuh tak beraturan, membuat angan-angan "apa perlu
mengusulkan untuk membersihkan dan menanam beberapa tanaman bunga diawal musim
hujan untuk memperindah bagian depan". Selang beberapa detik pandangan tertuju
sekitar 6 meter didepan, tampak jalan masuk kearah Selatan, jalan tersebut tak
seindah dan se rapi jalan masuk ke sekolahan. Beberapa bagian tanahnya tertutup
rumput tak beraturan, pagarnya pun serasa tak terawat. Sangat berbeda dengan
jalan masuk ke sekolahan terpaving rapi, gerbang yang terawat dan ada taman di
beberapa bagian.
Namun yang membuat fenomenal bukanlah jalan masuknya, bukan
juga pagarnya, tetapi "warung pak man" yang seringkali menjadi bahan
perbincangan kami, baik saat ngobrol santuy maupun saat rapat serius dengan
Kepala Sekolah. Bagaimana tidak, tempat itulah yang biasa menjadi tempat
nongkrong siswa-siswi kami, minum kopi, sarapan dan lainnya bahkan juga menjadi
jujugan pagi hari sebelum mereka datang ke sekolah. Anak yang sehat mentalnya
(hehe, artiin sendiri ya), mempunyai kontrol diri yang bagus saatnya masuk ya
mereka pasti ke kelas. Namun yang tidak "begitu", akan tetap tinggal disitu
bahkan sampai pulang. Entahlah, apa karena mereka terlambat kemudian takut masuk
kelas atau memang pengin santuy santuy 'mengelabui' orang tuanya dari jarak jauh
dengan tetap mengenakan seragam dapat uang saku tampak seperti sekolah beneran.
Pagi tadi sengaja saya arahkan kaki berjalan menuju warung Pak Man, mungkin ini
kali ke 6 saya berkunjung. Sebelumnya saya berkunjung untuk sekedar mengecek
apakah ada siswa yang ada disitu saat jam pelajaran atau untuk menjajagi
seberapa jauh dukungan yang punya warung terhadap kondusifitas belajar di
sekolahan. Namun, pagi ini saya punya tujuan lain, yaitu 'ngopi' ya, saya ingin
merasakan 'sepahit' apa rasa kopi di warung pak Man.
~Oiya, sebelum saya masuk ke
dalam warung, ada 1 siswa yang duduk didepan asyik dengan gawai di tangan kanan,
sepuntung rokok ditangan kiri (langsung dibuang saat saya panggil), setengah
cangkir kopi kreamer dimeja depannya. Jam di hp yang saya pegang menunjukkan
pukul 07.05 sehingga saya minta dia segera ke kelas.~
Kemudian, sepahit apa kopi
di warung Pak Man?
Langsung saja saya pesan kopi hitam. Segeralah disajikan
dengan cangkir putih diatas lepek kaca.
Seruputan pertama mendorong saya
bertanya pertanyaan normatif "bagaimana bu, apakah selama masa pandemi anak-anak
juga banyak yang kesini?" dijawab juga dengan jawaban normatif, "nggih wonten,
nek sampun wangsul nggih sami mriki, terus kadang-kadang nggih wonten sing pesen
lewat pager niku" (menunjuk pagar besi di samping perpustakaan).
Seruputan kopi
kedua, membuat Bu Man menceritakan bahwa keluarganya adalah pendatang, mereka
berasal dari Jawa Tengah, cerita lengkap dengan lika-liku dimana dia
berpindah-pindah kontrakan hingga berjualan bakso di depan pasar.
Seruputan kopi
berikutnya, ada cerita yang membahagiakan, disaat berjualan bakso tersebut,
muncul tawaran (lowongan) untuk bergabung di dinas kehutanan. Itulah yang
agaknya membawa kepastian tentang jalan penghasilan bagi keluarga.
Seruputan
kopi keempat, menjadikan bu Man tambah semangat bercerita, beliau menyampaikan
pencapaian-pencapaian mulai dari berhasil membeli tanah, membuat rumah hingga
baru-baru ini mendapat amanah untuk memiliki dan menggarap sawah di masa P Man
saat ini yang sudah pensiun.
Diseruputan terakhir, saya memberanikan diri
menanyakan, bagaimana kabar putranya? Alhamdulillah sekarang tinggal di jenangan
bersama anak dan istrinya, sehari-hari mencari nafkah dengan berjualan sayur
keliling.
Ternyata hanya 5 Seruputan, tidak lebih, entah saya yang nyeruputnya
kebanyakan atau wadahnya terlalu kecil 🙂 Yang pasti saya sudah membuktikan,
"Kopi Pak Man Pahit Juga", namun ada masa depan yang manis dibalik pahitnya kopi
Pak Man pagi ini. Cerita pagi yang menginspirasi.
Bagaimana dengan kalian yang
hampir setiap hari ke warung pak Man? Adakah sesuatu yang bisa kalian pelajari?
Adakah ide-ide kreatif yang muncul disetiap Seruputan kopi Pak Man? Jika belum,
PASTI ada yang SALAH dengan cara seruputan kalian, atau kalian datang ke warung
Pak Man diwaktu yang tidak tepat sehingga ada orang-orang yang tidak ridho
kalian meninggalkan jam pembelajaran. CMIIW